Sabtu, 21 Agustus 2010

TNI Belum Berminat, NATO Sudah Pesan


Pesawat pengintai tanpa awak SS-5 buatan Indonesia dipamerkan di stand Balitbang pada R&D Ritech Expo 2010 (21/08/2010). Banyak perlengkapan militer yang bisa diproduksi sendiri oleh putera Indonesia. Namun belum ada goodwill pemerintah untuk menggunakan produk dalam negeri.

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia ternyata bisa menciptakan perlengkapan perang secara mandiri. Ini diungkapkan Achmad Joing, salah satu peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) TNI di sela-sela acara R&D Ritech Expo 2010 di Jakarta, Sabtu (21/8/2010).

Salah satunya yang paling sederhana adalah membuat pakaian tentara dari rami, pengganti kapas. Selama ini Indonesia selalu mengimpor kapas sebagai bahan baku kain. Namun, Balitbang TNI menemukan tanaman rami, yang tumbuh di dataran tinggi mempunyai kualitas lebih baik dari kapas. "Rami ini seratnya lebih halus dari kapas, lebih nyaman dipakai, lebih kuat, dan membuat suhu tubuh tetap rendah jadi tentara tidak kepanasan," ujar Achmad.

Pakaian ini telah diteliti dari tahun 2004 sampai 2007. Namun, ternyata Pemerintah Indonesia sampai saat ini masih enggan untuk menggunakan karya anak bangsa ini. Menurut Achmad, sejak dipasarkan tahun 2007, Pemerintah belum melirik pakaian ini, justru mereka mendapatkan pesanan tetap dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Pemerintah belum mau pakai ini, malahan yang beli ini adalah NATO, tiap tahun kita mendapatkan order sebanyak 30.000 setel pakaian tentara (topi, baju, celana, dan sepatu)," ujarnya.

Selain pakaian, putra Indonesia juga sudah mampu membuat laras untuk senjata api, baik laras pendek maupun laras panjang. Pesawat pengintai tanpa awak, alat komunikasi militer, panser militer, kapal patroli, sampai rompi antipeluru juga telah diciptakan dari tangan-tangan generasi muda Indonesia. "Semua terbukti lebih baik dan lebih murah," tegas Achmad.

Namun masalahnya, lanjut Achmad, pemerintah tidak memiliki goodwill untuk memberdayakan putra bangsa. "Laras saja kita beli dari Belgia, padahal kita sudah bisa buat laras sendiri yang lebih baik dan lebih murah, ini semua hanya karena tidak adanya goodwill dari pemerintah," ujarnya.

Sumber: KOMPAS


2 comments:

Irving E.Wahyu mengatakan...

Inilah reportnya kalau Budaya " Korup " sudah menjadi darah daging bangsa Indonesia, sebetulnya banyak prestasi anak bangsa yang di akui dunia luar tetapi tidak di manfaatkan oleh pemerintah RI sendiri. Karena kalau menggunakan produk dalam negeri hasil karya anak bangsa, maka para penguasa RI tidak akan mendapatkan komisi hasil pembelian produk luar. Karena itu wahai penguasa RI janganlah kalian berbangga-bangga karena memiliki jumlah tentara yang paling besar di Asia Tenggara, karena kelak dalam kenyataan pertempuran yang nyata tentara kalian akan di lumat oleh pasukan kecil yang solid karena tentara RI dipimpin oleh para penguasa yang Korup.....Sugguh merana nasib bangsa Indonesia.......!!!!

Unknown mengatakan...

banyak yg berkepentingan didalamnya bro

Posting Komentar



 

Pindah Ke mik-news.blogspot.com Copyright © 2010 theme is Designed by admin