Rabu, 25 Agustus 2010

Menteri: Kebijakan Pertahanan Menuju Pro Kesejahteraan


Dari kiri: Ketua BPK Hadi Poernomo, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, dan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, dalam acara penyerahan hasil audit BPK ke Kementerian Pertahanan di Jakarta (7/6). TEMPO/Subekti.

TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro menegaskan arah kebijakan pertahanan nasional Indonesia adalah menuju sistem pertahanan negara yang pro kesejahteran. Hal itu ia sampaikan dalam seminar "Konsepsi Pertahanan Nasional Indonesia" di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) hari ini, Rabu (25/8).

PKR Buatan PT PAL

Purnomo mengemukakan, kebijakan Minimum Essential Forces (MEF) atau kekuatan esensial minimal ini sejalan dengan Kepmenhan No KEP/17/M/1/2010. "Kecil, tapi mampu menanggulangi ancaman," jelasnya.

KRI Irian 1965

Purnomo juga mengibaratkan ekonomi dan kekuatan pertahanan bagai dua sisi mata uang. "Jangan sampai seperti ketika merebut Irian Barat tahun 1965, angkatan bersenjatanya kuat tapi rakyatnya miskin. Atau sebaliknya," ujarnya.

Implementasi kebijakan pertahanan yang pro kesejahteran ini salah satunya melalui pemberian tunjangan khusus bagi prajurit TNI yang bertugas di pulau-pulau kecil terluar. Selain itu, Purnomo juga menjanjikan prajurit dapat berobat ke rumah sakit mana pun. "Kalau harus ke Rumah Sakit TNI, biayanya habis," ujarnya.

Saat ini, dari Rp 1000 triliun APBN, Kementerian Pertahanan mendapat prioritas ketiga setelah Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Pekerjaan Umum. Namun, menurut Purnomo, 50 persennya habis untuk belanja pegawai yang jumlahnya mencapai 460 ribu orang, terdiri dari 400 ribu prajurit TNI dan 60 ribu PNS.

KFX 201 kerjasama Korea-Indonesia

Lebih lanjut, Purnomo mengemukakan, kebijakan pertahanan yang pro kesejahteran juga berarti memajukan industri alutsista. Ia menuturkan, hingga saat ini Indonesia sudah mampu memroduksi sendiri alutsista untuk kepentingan pertahanan di darat, laut, dan udara.

Kapal Patroli Cepat 57 meter NAV V buatan PT.PAL
Alutsista tersebut di antaranya panser, kapal life free guard 40 meter, 50 meter, dan 60 meter. "Yang sedang kami coba yang 110 meter. Juga pesawat tempur generasi 4,5 kerjasama dengan Korea, ditargetkan selesai tahun 2020," tambah Purnomo.

Sumber: TEMPO


1 comments:

dkuntadi mengatakan...

kok PKR ada tengah2 dinding samping terbuka.. jangan dibilang siluman donk kan mudah dideteksi radar.. itu bisa dilecehkan negara2 tetangga bahwa PKR karya terbaik bangsa Indonesia siluman aja dapat dideteksi radar.. lubang dinding di tengah luar samping itu ruang menangkap deteksi radar sehingga mudah dideteksi lawan. lihat semua kapal siluman asng dinding tidak ada berlubang.

jika mau lubang spt itu, gunakan pintu dapat dibuka tutup saja..

lubang2 ventilasi di depan moncong juga harus ditutup, ventelasi harus diarahkan ke bawah bukan ke samping.. bisa dilacak radar lawan

tolong disampaikan pada PT.PAl yea..

Posting Komentar



 

Pindah Ke mik-news.blogspot.com Copyright © 2010 theme is Designed by admin